TANTANGAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DI ERA DIGITAL

Tugas Matrikulasi
Wawasan IT
Oleh : Dr. Muhammad Shaleh., M. Ag 

Kita ketahui bahwa di era modern atau di era digital sekarang ini lembaga pendidikan islam mendapat tantangan yang sangat terjal dan signifikan dalam perkembangan pendidikan islam, semakin canggih teknologi maka semakin besar tantangan yang akan dihadapi oleh lembaga pendidikan islam.

Sebelum kita melangkah lebih jauh terlebih dahulu kita kembali ke History, bahwa dizaman dahulu merupakan zaman klasik yang sangat jauh berbeda dengan zaman digital yang ada pada saat sekarang ini. Tantangan pendidikan Islam saat ini jauh berbeda dengan tantangan pendidikan Islam yang dulu sebagaimana yang terdapat pada zaman klasik dan pertengahan. Baik secara internal maupun eksternal tantangan pendidikan Islam di zaman klasik dan pertengahan cukup berat, namun secara psikologis dan ideologis lebih mudah diatasi. Bahkan di zaman klasik islam jauh berkembang dan banyak para pakar ilmu pengetahuannya, tapi secara internal ummat Islam pada masa masa klasik memang masih fresh. Masa kehidupan mereka dengan sumber ajaran Islam, yakni Qur'an dan Sunnah masih dekat, dan semangat militansi dalam berjuang memajukan Islam juga masih amat kuat. Sedangan secara eksternal, ummat Islam belum menghadapi ancaman yang serius dari negara-negara lain, mengingat keadaan negara-negara lain seperti Eropa dan Barat masih belum bangkit dan maju seperti sekarang.

Namun sekarang ini di era digital pendidikan islam lebih jauh tertinggal dan sangat jauh berbeda perkembangannya pada waktu zaman klasik sebagaimana tersebut diatas. Karena sekarang ini kalangan kita dunia Islam sangat sedikit mempelajari dan mengkaji Qur'an dan Hadits, sehingga jarang yang inovatif dan produktifitas kita hasilkan. Dibandingkan dunia Eropa dan Barat mereka sendiri banyak yang mengkaji dan meneliti apa yang kita miliki dan kita pedomani selama ini yakni, Qur'an bahkan Hadits dan lain sebagainya, sehingga mereka menemukan penemuan-penemuan baru dan produktifitas, dan tidak sedikit juga orang Eropa dan Barat yang masuk Islam karena dengan penelitiannya terhadap kebenaran Qur'an dan sebagainya.

Nah,.! inilah menjadi tantangan buat kita ummat islam. Kenapa orang lain bisa melakukan produktifitas dengan meneliti apa yang kita miliki dan kita pedomani yakni Qur'an dan sebagainya, sementara kita sendiri jarang bahkan sama sekali tidak pernah berfikir untuk melakukan hal-hal yang inovatif dari hasil kajian dan isi kandungan Qur'an dan sebagainya?

Mungkin saya bisa jawab dengan pengetahuan dangkal saya mengatakan bahwa memang kita menjadi terbelakang dibandingkan Eropa dan Barat, salah satu alasannya adalah pertama karena kita ummat islam sebagian besar hanya bisa membaca Qur'an ataupun mengetahui isi kandungan Qur'an tapi realisasi ataupun pengaplikasiannya yang masih kurang. Kedua karena kita juga ummat islam jarang sekali memikirkan tanda-tanda kebesaran Allah dan memikirkan dan mengkaji lebih dalam isi kandungan Qur'an maupun Hadits kita biasanya hanya bisa mengatakan ini sudah ketentuan dan kehendak Allah dan sebagainya, contoh kecil saja apakah kita bisa meluangkan waktu kita 1(satu) menit saja untuk berfikir kok bisa ya mataku melihat, telingaku mendengar, mulutku bisa berucap dan sebagainya, coba kalau kita fikirkan pasti kita penasaran dan punya inisiatif untuk menelitinya sehingga bisa menemukan hal-hal yang baru seperti pendektsi alat pendengaran, kalau mata rabun atau minus kita dapat atasi dengan alat temuan kita, mulut kita misalkan tidak bisa berucap tapi karena ada alat yang kita temukan kita dapat mengatasinya, tapi itu sepertinya khayalan belaka saja kalau tidak ada tindakan yang kita lakukan. Inilah menjadi perbedaan kita orang Eropa dan Barat, contoh kecil, mereka sejenak berfikir saja apa mungkin hanya Tuhan yang bisa mengatahui jenis kelamin seorang bayi dalam kandungan? sehingga mereka penasaran dan melakukan tindakan yakni penelitian dan walhasil mereka bisa menemukan suatu alat yang dapat mengetahuai jenis kelamin seorang bayi dalam kandungan yakni USG dan lain sebagainya.

Selanjutnya tantangan yang lebih khusus terhadap lembaga pendidikan Islam di era digital ini sebagai berikut:
Pertama; Tantangan pendidikan Islam di zaman sekarang selain menghadapi pertarungan ideologi-ideologi besar dunia juga menghadapi berbagai kecenderungan yang tak ubahnya seperti badai besar atau tsunami. Karena dengan teknologi yang semakin canggih dan akses internet semakin mudah membuat kita terhegomoni dan dikelabui sehingga tidak bisa menghasilkan produktifitas kita lebih banyak jadi penonton daripada action nya.

Kedua; Kecenderungan integrasi ekonomi yang menyebabkan terjadinya persaingan bebas dalam dunia pendidikan. Karena, dunia pendidikan menurut mereka juga termasuk yang diutamakan, maka dunia pendidikan saat ini juga dihadapkan pada logika bisnis.Lemahnya pendidikan kita juga salah satunya lemahnya ekonomi pendidikan kita.

Ketiga; Menurut Daniel Bell. online (https://saepudinonline.wordpress.com). Karena kecenderungan munculnya penjajahan baru dalam bidang kebudayaan (new colonization in culture) yang mengakibatkan terjadinya pola pikir (mindset) masyarakat pengguna pendidikan, yaitu dari yang semula mereka belajar dalam rangka meningkatkan kemampuan intelektual, moral, fisik dan psikisnya, berubah menjadi belajar untuk mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang besar. Saat ini sebelum seseorang belajar atau masuk kuliah misalnya, terlebih dahulu bertanya: nanti setelah lulus bisa jadi apa? Dan berapa gajinya?. program-program studi yang tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan sendirinya akan terpinggirkan atau tidak diminati. Sedangkan program-program studi yang menawarkan pekerjaan dan penghasilan yang baik bagi lulusannya akan sangat diminati. Tidak hanya itu, kecenderungan penjajahan baru dalam bidang kebudayaan juga telah menyebabkan munculnya budaya pop atau budaya urban, yaitu budaya yang serba hedonistik, materialistik, rasional, ingin serba cepat, praktis, pragmatis dan instans. Kecenderungan budaya yang demikian itu menyebabkan ajaran agama yang bersifat normatif dan menjanjikan masa depan yang baik (di akhirat) kurang diminati. Mereka menuntut ajaran agama yang sesuai dengan budaya pop dan budaya urban. Dalam keadaan demikian, tidaklah mengherankan jika mata pelajaran agama yang disajikan secara normatif dan konvensional menjadi tidak menarik dan ketinggalan zaman. Keadaan ini mengharuskan para guru, pendidik atau ahli agama untuk melakukan reformulasi, reaktulisasi, dan kontekstualisasi terhadap ajaran agama, sehingga ajaran agama tersebut akan terasa efektif dan transformatif.

Penulis: Abdul Latief Alkhanis

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PULAU KARAMIAN (MY ISLAND)